ALISA DELISA...
Pada kali ini, aku akan menceritakan tentang Alisa Delisa, kawan...
Jika kita baca buku Tere Liye, kita akan tahu bahwa Alisa Delisa adalah gadis cilik berumus 6 tahun yang sedang belajar menghafal shalat. Kisahnya dimulai di negeri serambi mekah,. Yaa. Lhok Nga,. “Aceh” masih ingatkah kawan, tanggal 26 Desember 2004?? Peristiwa tragis yang menggulung Lhok Nga dan sekitarnya menjadi rata, yang menjadikannya kota mati, aroma mayat di mana-mana, tiap istri kehilangan suaminya, tiap anak kehilangan ibu dan bapaknya, tiap adik kehilangan kakak nya,.. daaannn Semuaa HABIS ditelan gempa dan tsunami berkekuatan 8,9 skala Richter.
Alisa delisa yang saat itu sedang menghafal di sekolah nya disaksikan Ibu Guru Nur ..’Allaahu Akbar’....gempa menggoyang perut Lhok Nga,..atap sekolah Delisa berjatuhan dan runtuh,. Tapi Delisa ingat bahwa salah satu sahabat nabi yang khusu dalam shalat,.sampai seekor kalajengking menggigitnya dia tidak gentar ..’Delisa ingin seperti sahabat Nabi,. Khusu dalam shalat’..
Sebelumnya....
Delisa adalah anak bungsu dari empat bersaudara,. Alisa Fatimah,. Alisa Zahra&Alisa Aisyah (si kembar),, kemudian Alisa Delisa. Umi Salamah adalah umi yang soleha,. Setiap saat selalu mengajarkan keimanan kepada anak-anaknya, Abi Ustman bekerja di sebuah kapal besar sebagai maintenance, kapal ini berkeliling dari negara satu ke negara yang lainnya , yang pulang beberapa bulan sekali ke rumah.
Tiap hari keluarga ini selalu shalat berjamaah, Umi sebagai imam, dan kak Aisyah ditugaskan oleh umi membaca bacaan shalat lebih sedikit keras, agar delisa bisa menghafal bacaan shalat lebih cepat,...
Kawan,.... tapi pada kesempatan kali ini, saya tidak menceritakan Delisa ‘Tere Liye’ jika kalian akan membaca kisah haru biru ini, kejadian tsunami Aceh, kalian bisa baca buku Tere Liye,. Dia mengemas cerita ini begitu menggeliat, kita akan dibawa ke kisah 7 tahun silam ketika Aceh remuk oleh tsunami.
Kali ini, saya akan menceritakan tentang Alisa Delisa lain yang saya temui di Bandung,.
Alisa Delisa ini berumus sama, seusia dengan Delisa,.. yaa 6 tahun. Gadis ini selalu berada di perempatan jalan Riau, jika kalian jalan2 ke Bandung melewati BIP, lalu dari perempatan BIP lurus, ada Riaujunction,. Diperempatan inilah Delisa berada. Gadis kecil ini tak seberuntung Delisa ‘Tere Liye’ mempunyai Abi dan Umi yang selalu memperhatikan seluruh kebutuhannya dan mendidik keislaman pada jiwanya,. Gadis cilik ini juga tak seberutung Delisa ‘Tere Liye’ yang mempunyai Kak Aisyah yang membacakan bacaan shalat lebih nyaring ketika berjamaah dengan ummi agar hafalan shalatnya cepat,. Gadis cilik ini juga tak seberuntung Delisa yang mempunyai paras cantik dan bercahaya,. Kalian akan menjumpai Delisa ini dengan baju kumal, warna kulit kecoklatan karena terpanggang sinar matahari seharian, tidak beralaskan sandal/sepatu, wajah muram,. suram,.. tak ada pengharapan ,. memikul salang menjajakan ulekan (dalam bahasa jawa, ulekan itu ciri & muthu, buat bikin sambal)
Gadis ini akan mengetok kaca mobilmu jika kamu melewati jalan ini, gadis ini akan berkata “Beli paaak...” seusia ini kawan,,. Apakah kalian pernah merasakannya?? Ataukah kalian adalah sebagian orang yang mempunyai alas tidur empuk bercover-bed tebal, dan makan direstoran ternama?
Delisa, setiap sore menyetorkan hasil jualannya kepada ibunya yang selalu mengawasinya di sudut jalan Riau,. Jika Delisa tidak menjajakan dagangannya, maka ibunya ini akan memelototkan matanya,. Jika tanpa hasil, Delisa tidak akan makan seharian, walaupun lapar, walaupun haus, Delisa tidak pernah meminta-minta,. ‘Delisa tidak akan minta-minta,. Delisa harus khusu jualan’ mungkin kata inilah yang tepat untuk melukiskan kesamaan keduanya,. Yang satu khusu shalat, yang satu khusu jualan. Jika tanpa hasil, Delisa akan ikhlas karena sudah ikhtiar, dan dia akan ikhlas mendapat kata2 cacian dari ibunya. Jika hasil jualan lumayan pada hari itu, dia akan ikhlas tidak dibagi hasilnya oleh ibunya, hanya mendapat sepotong kue kecil untuk mengganjal perutnya,.
Ternyata ada kesamaan antara kedua Delisa ini kawan,.. Delisa selalu menghilang pada jam2 tertentu,.
Jam 4.30 pagi, jam 11.30, jam 15.00, jam 18.00, dan jam 19.00 dia menghilang ke sekitar taman lalu lintas,. Jika ketahuan oleh ibunya, ia terpaksa berbohong untuk buang air kecil.. Ia melakukan shalat kawan,. Dan shalatnya adalah shalat sempurna,. Disertai wudhu,. Yang ia lakukan di kamar mandi gratis,... delisa belajar shalat bukan dari Kak Aisyah dan ummi kawan,.. kalian mau tahu dia belajar shalat dari mana..?
Suatu ketika, karena ibunya sakit,, dia tidak mengawasinya jualan,. Delisa seharian berkeliling2 jalan di Bandung,. Waktu itu sore hari,. Bada asyar,. Tepat di depan masjid di gang dari arah simpang dago ke atas) tepatnya Dipati Ukur dia mengamati banyak sekali anak2 belajar shalat,. 3 hari berturut2 setiap bada asyar dia selalu mampir di mesjid ini, sambil istirahat di serambi mesjid, ia mengawasi anak2 yang sedang wudu..dan melakukan shalat,.. dia menghafal gerakannya,.. sampai suatu ketika ia mempraktekan nya,.dan sempurna sekali wudunya, membasuh tangan, muka,... sampai selesai,. Begitu juga dengan shalatnya,.. sempurna gerakannya,.. takbiratul ikhram,.. tangan sedekap,. Ruku, sujud,. Sampai selesai,..
‘Delisa Bisa shalat’,.. itulah yang ia teriakkan setiap kali selesai shalat di dekat taman lalu lintas,. Shalatnya tanpa mukena dengan baju kumalnya,. Shalatnya hanyalah gerakan dan hanya takbiratul ikhram,.tanpa bacaan shalat, (yang dia amati 3 hari berturut2 pada saat belajar shalat di mesjid gang Dipati Ukur adalah shalat asyar, yg semua bacaannya adalah sihran,. “Tidak keras”) , shalatnya beralas rumput taman lalu lintas,.
Delisa,.. jika kamu bertemu kakak dan kami,.. maukah suatu ketika kita sempurnakan bacaan shalatnya,...?? Salam rindu untukmu, dan semoga Allah selalu menjagamu,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar