Aku
diidentifikasi phlegma sangu beberapa tahun yang lalu, begitu kata buku
psikologi yang kubaca. Tapi aku merasa akhir-akhir ini lebih sering untuk
bermelo-melo, tidak akan bisa tidur sebelum kamar rapih, yaa setidaknya rapih
dimana membuatku tidak pusing dengan buku-buku yang bertebaran di kamarku. Melo
memang menguntungkan, aku yang terbiasa lupa nama orang, arah jalan, dan
angka-angka akhir-akhir ini membuatku membuat beberapa catatan kecil dan agenda
harian agar lebih terkontrol, dimaksudkan tidak ada yang lupa satu pun yang
sudah aku rencanakan.
Begitu
juga akhir-akhir ini aktivitasku, sering pulang malam karena ngejar setoran ,
hehe
Sore
itu, seharian aktivitasku di laborat sedikit membuat lelah putar otak
sana-sini, sore hari aku lanjutkan mengajar sampai malam.
Suatu ketika 18 tahun yang lalu ketika usiaku 6 tahun,.
Hobby
ku jalan kaki dan naik sepeda, sore itu... aku naik sepeda di jalan raya,
Ayahku naik sepeda mengikutiku dari belakang. Kami sering melakukan ini, tapi
hanya sebatas di jalan kampung.
Tapi
sore ini lain, kawan,.. ayah mengajakku naik sepeda di jalan raya . entah Ayah
sudah percaya kemampuanku naik sepeda, mungkin..
“YES!
Maturnuwun Pak” kurang lebih seperti ini aku mengungkapkannya, ayahku lumayan
keras, tapi sebenarnya lembut. Yang pada waktu dulu, aku berfikir dia marah,
tapi aku sadari akhir-akhir ini, dia mengkhawatirkanku,
GUBRAAAAAKKKKKK!!!!
SSSSSSSreeeeeeeTTTTT!!!”
bunyi truk tepat di belakangku ngerem mendadak
Aku
terjatuh dari sepeda, kakiku memar, aku sangat takut. Sakit tidak kurasa, yang
aku takutkan Ayah marah dan tidak mengizinkanku lagi naik sepeda kemana2. Jalan
raya yang kami lewati merupakan jalan utama penghubung Gombong-Kebumen, menjadi
jalan utama Jakarta-Jogja, poko’e termasuk jalan raya.
Sejak
saat itu,,, Ayah tak lagi percaya kepadaku untuk membawa motor/sepeda di jalan
raya, mungkin maksud ayah khawatir padaku, sampai saat ini pun, kepercayaan ini
tak kunjung aku dapatkan lagi....
Hal
ini membuatku mencari ojek pribadi yang antar-jemput ngajar sampai malam.
Namanya
Pak Dede, . aku dapat referensi dari Bu Murah, ibu langganan kami makan di
gerlong tengah. Ibu nya baik sekali, asli Jogja, makanan nya cocok dengan
seleraku, apalagi ada sambal mentah yang diracik ngedadak, jamur crispi daan
sayur kangkung yang segar.
“Kamu
kenapa, kok bengong, nduk?” tanya Bu Murah sore itu, ketika aku habis makan
sore pulang dari laborat
“Heee,
enggak kok Bu, Cuma lagi bingung.” Jawabku menerawang dan mikir-mikir apa yang
kubingungkan
“Kenapa
bingung? Sapa tau ibu bisa bantu”
“Bu, aku
ikut bantuin motong2 wortelnya yaa, aku biasa masak kok,, tenangg” sambil
kupegang wortel yang sedang diracik Bu Murah untuk dimasak esok harinya
“Nda
usah, nanti tanganmu kotor” logatnya kental sekali,
“Aahh,
ibu,,, sini sini....”
“Yaudah,
motong2 kacang panjang aja yaa, kenapa apa yang kamu pikirin?”
“Gini
bu,, aku bingung, aku mulai ngajar jam 5sore, sementara aku keluar dari laborat
jam set.5 naik angkot gak keburu, ngetem2 mulu siii kerjaannya” jawabku nyengir
“Waaah,
kamu nda capek apa nduk? Inget istirahat
lho. Beli motor aja nduk”
“Itulah
bu,, heeemmmm “ sambil kupikirkan kejadian 18 tahun lalu, ketika Ayah nda
percaya padaku lagi untuk naik sepeda di jalan raya
“Gini
aja, kamu naik ojek aja pie?”
“Itulah
bu, yg aku pikirin sekarang, mpe mumett... ojek itu siapa? Yang pas waktunya ,
pas harganya, cocok orang nya”
“Itu aja
nduk, Pak Dede, ,, tuh 2 rumah dari sini, yang jualan air isi ulang”
“Emang
Pak Dede orang nya pie bu?”
“Orang
nya baik, dia sudah sedikit tua sii, jadi kan ga ngebut2 klo nyetir, Pak Dede
rajin ke mesjid, setidaknya kan aman pas kamu diperjalanan”
Yaaahh,
pengenku malah yang bisa diajak ngebut biar bisa ngejar waktu , ehh malah,,,
tapi boleh juga sii, nanti mungkin bisa dinego2 dari laborat keluar lebih awal.
Akhirnya
pembicaraan kami selesai setelah potongan2 kacang panjang kuakhiri, aku bayar,
dan terus pamitan untuk menemui Pak Dede.
Seperti
yang dibilang Bu Murah sebelumnya, Pak Dede sangat sederhana, kerjaan beliau
sehari2 hanya menunggu air mineral isi ulang dan ke mesjid.
Phlegmaku
KUMAT......
Aku lebih
ingin menolong, walaupun aku pun ndak tahu harus gimana cara nolongnya,
akhirnya kami deal waktu dan harganya pas.
“Neng,
tapi Bapak rada ga hafal jalan diBandung” jelasnya sambil membetulkan peci yang
dipakainya
“Oooh
gitu,, heeemmm, bapak asli Bandung kan ?” sambil manggut2 berfikir apa yang
harus kutanya
“Iya
neng, tapi Bapak kuper, gak pernah kemana2,tapi klo hanya mengantar Neng sampai
kampus gapapa, Bapak seneng bisa dapet kerjaan sampingan, dan Bapak hafal dengan
jalan kok, ditunjukkan sekali, nanti ga lupa lagi”
“Oooh,
begitu Pak, boleh2 Pak, saya kan sering bolak-balik pake angkot, paling ga,
nanti pas pertama, kita ikutin jalur angkot dulu ya Pak, sambil nyari2
alternatif jalan lain nantinya” jawabku sambil berfikir, semoga sangu ku ga
kambuh, sedikit pelupa jalan, tapi Insyaallah kali ini inget deh, Klo
Lillahita’ala insyaalah dipermudah, aku meyakinkan dalam hati.
Kami
sepakat waktu, harga, dan ngobrol ngalor-ngidul...
Selasa
sore itu,.....
Pak Dede
datang menjemputku
“Pak,
kayaknya belok kiri deh,,,” otakku berfikir keras, jalan ke Antapani
berkelok-kelok, banyak tikungan, cabang, angkot yang kami ikuti ngetem mulu
kami gak mungkin nungguin sampe angkot jalan, sama aja naik angkot donkz J
“Waaah
Paak, ini jalan satu arah”
“O iya
neng,, kita balik lagi yaa?” aduh neng maapin Bapak, gak tahu sama sekali jalan
ini
“Iya
gapapa Pak, kita tanya2 lagi yuk”
15
menit berputar2 di jalan yang sama, masuk ke forboden, muter kanan-kiri,
pokoknya rasanya nano-nano, masuk ke perumahan yang jarang orang di luar,
membuatku mikir harus belok kemana..
Akhirnya
ngikutin feeling, aku tunjukin belok kanan-kirinya, ALHASILL, kita muter2 di
perumahan yang sama,,
“Oaaalaaah,
bukannya ini jalan yang tadi kita masuk Pak ? Ehhh, itu ada angkot Antapani
Pak, ayoo Pakk, ngebutt kejar angkotnya, kita ikutin di belakangnya” teriakku
semangat
“Teeeerrr
eteeer Eteeeeeeerrr” suara motor Pak Dede di gas, aku geli sendiri
senyum2 di belakang, motor Pak Dede motor astrea jaman dulu, klo buat ngebut
bunyinya Eteeeerrrr eeeeteeeeerrrr, gak bisa di gas kenceng buat ngebut.
Tiba2
motor di gas kenceng, setelah pertigaan terakhir
Kenceng
sekali ngegasnya, sampai pintu masuk kampus dilewatin, gak berhenti..
Aku Cuma
senyam-senyum di belakang, serasa petualangan baru
“Tadi pas
jalan masih lama, motornya eteeer eteeerrr, pas sudah sampai,, di gas kenceng
banget, mpe pintu masuk kampus dilewatin jauh banget.. alhasil kami balik
lagi,” bisikku dalam hati
“Bapak
jangan nyasar2 yaa, pulang nya hafal jalan kan ya? Seperti tadi kita berangkat”
“Bapak
hafal neng, insyaallah.. Klo neng rada pelupa jalan yaa?
Akupun
tertunduk malu, segera kubayar, mengucapkan terima kasih, salam, dan aku segera
CAAOOO masuk kelas.
Pak
Dede...Pak Dede,,,, ojek pribadi yang setia menemani perjuangan ini J