Rabu, 04 Januari 2012

Penggalan diary Ku..



Penggalan diary Ku..
Aku menemukan mu lagi setahun setelah Aku dirawat...”Sis..”
Bingung, pusing,. Gak tahu apa yang mau kulakukan

Januari 2009
“Kayaknya si deman biasa sis”. Aku menyahut pertanyaan sahabatku dari ujung telfon
“Sekarang gimana? Aku ntar kesitu ya” . Dia sahabatku,. Hampir 1 tahun kami kenal,. Tapi sudah serasa kakak sendiri
“Aaah, gak papa,. Udah biasa kok,. Paling juga sembuh ntar,.  Sudah beberapa malam dari kemarin sii sering mimisan, tapi sekarang demam udah turun” Aku meyakinkannya agar ia tidak khawatir.
“Oke deeh,. Pokoknya abis dari kampus ntar aku kesitu,. Jangan kemana2 apalagi presentasi2 lagi bisnismu itu!! Sembuhin dulu!”
“Jangan lapor mamahku yaa..” Pintaku memelas

Aku pun nurut dengan wejangannya,. Karena serasa lemas sekali.  Hari ini hari kelima aku terbaring di kosan tanpa keluar kamar. Pegel2,. Kadang mimisan tiba2 keluar dari hidung sebelah kiri,. Kadang akupun ngeri dengan hal ini.
Pagi ini, rasaku bercampur aduk, takut crita sama ma2h&bapak tentang kondisiku karena aku tahu ini salahku,. Tapi apa daya,. Kliatanya aku perlu ke rumah sakit, bukan hanya ke dokter untuk melihat sakitku sebenernya apa.

Yaah,. Aku  memulai bisnis ini sekitar 2 tahun sebelum aku kenal dengan “Sis”, begitulah aku menyebutnya,. Sis itu kepanjangan dari sister (saudara perempuan). Namanya Umi sahabat yang sampai saat ini berada di sampingku,. Sudah selayaknya kakak sendiri. Terlahir dengan banyak saudara, anak keenam mungkin, aku pun lupa. Sering dia cerita kepadaku,. Semenjak ibunya meninggal,. Semuanya berbalik 360 derajat,. Baik saudara kandungnya ataupun ayahnya,.. ehh,. Kawan,. Maafkan,.jadi nglantur kemana-mana,.. hehehe

Pagi itu,. Pagi yang menjadi saksi betapa aku telah mengambil keputusan yang salah dalam hidup, aku pun tahu resiko nya sejak awal aku memutuskan hal ini. sampai saat ini,. aku belum menceritakannya kepada kedua orang tuaku,. Mungkin diary ini akan menjadi saksi, ketika nanti tiba saat nya aku jujur kepada kedua orang tuaku.

6 bulan yang lalu.....
“Aku harus cuti,. Klo gak aku ga bisa fokus” Kataku dalam hati berkali2 sampai mantap.
Pertimbangan inilah yang aku gunakan, aku mantap,. Aku tahu resikonya,. Aku akan tertinggal 1 semester dari teman seangkatan di kampus,. Pertimbangan lain yang aku gunakan bahwa semester sebelumnya aku sudah mengambil mata kuliah semester selanjutnya,. Setidaknya tidak berat pada saat aku masuk kuliah setelah cuti. Aku memutuskan hal ini sendiri,.

Ketika itu,. Aku menjalani sebuah bisnis dan bekerja dari semester awal aku kuliah,. Orang tuaku gak tahu detail tentang hal ini,. dari aku bekerja membangun bisnis ini mulai dari bangun subuh,. Bertemu klien,. Menjadi marketing,. Jam 12 siang baru selesai,. Jam 1 siang aku kuliah,. Jika aku kuliah pagi jam7,. Aku presentasi bisnis ini siang harinya,. Kadang sampai harus berlari2 karena angkot sering ngetem, untuk mengejar kuliah siang hari.

Kuliah pun berakhir pada saat matahari terbenam,. Setelah itu,. Aku lanjutkan mempresentasikan bisnisku sampai jam 10 malam,. Kadang sampai jam 11an malam,. Aku harus pulang tengah malam,. Kadang sampai kosan jam 1.30 dini hari,. Tugas kuliah menanti di kosan,. Genap sampai menyelesaikan tugas kuliah,., jam 3 dini hari baru aku membenamkan mata untuk istirahat.

Begitu aktivitasku sampai suatu peristiwa ini terjadi..............

Aku sakit,. Fisikku tidak kuat menahan aktivitasku,. Aku telah dzolim terhadap tubuhku,. Aku lalai memperhatikan badan ini yang menopang setiap aktivitasku,. Aku lupa dengan tangan ini yang setiap kali harus memasukkan beberapa sendok nasi karena komplain dari cacing di perutku meminta jatah,..

Aku lupa,. Kalau merawat badan ini merupakan ibadah,. Aku lalai,..

Sampai hari ini pun, perutku masih ngambek,. Diisi makanan tidak mau masuk,. Begitu kesalnya tidak diperhatikan,. Sampai ngambeknya berlama2,... aku tidak kuat,. Badanku pegel2 semua,. demam,. Aku malu memberitahukan orang tua tentang hal ini,. karena ini salahku,... aku takut mempertanggung jawabkan hal ini

Allah telah mengingatkan kesalahanku dengan suatu cobaan,. Hingga hal ini membuat aku berfikir dewasa ,..

Malam ini,. Pertengahan Januari 2009

Pukul 10 malam sahabat2 dan temanku menjengukku di kosan,. Mereka mungkin prihatin dengan keadaanku yang belum membaik,. Senyum lebar pun aku simpulkan ketika semua teman2 berkumpul di kamar 2x4 meter ini.

“Kamu yakin baik2 aja? Kamu demam lho.! Sebaiknya kita telfon orang tuamu saja” kata akang kampus,. Kami satu himpunan di kampus,. Dia juga merupakan teman terdekat ku,. Karena pacarnya (bhs gaulnya) teman terdekatku juga.
“Aku pikir juga gitu,. Apa yang kamu rasakan sekarang?” kata eceu (pacar akang)
“Hemmmm,.. kaya kemarin,.gak usah kawatir deh,. Btw makasih ya udah dibawain makanan” aku trenyuh dalam hati mengucapkan kata2 ini,. betapa engkau tahu kawan,. Seolah kematian di depan mata,. Sementara aku belum jujur kepada kedua orang tuaku tentang hal ini. senyum lebar aku sertai untuk menutupi kepura2an ini..

“Ya udah deh,. Yakin yaaa... udah malem nih,. Kita pulang dulu,. Klo ada apa2 jangan sungkan2 telpon/sms aja yah. Kamu siii bandelnya minta ampun,. Dari dulu coba kamu ga ikut bisnis ini,. apa hasilnya???? Kamu gak sakit kaya gini,. Kamu tuh kecapean,. Kamu kurang istirahat, jadinya gini deh!”
Aku menangis dalam hati kawan,. Betapa aku menyesal telah melakukan ini,. tapi aku pun tahu resikonya sejak awal,. Di lain pihak banyak hal yang aku dapatkan pengembangan diri, keberanian, soft skill,.. tidak ada yang harus disesali..

Tepat pukul 12 malam,..

“Aduh,. Kok mimisan belum berhenti siih,. Ya Allah,.” Aku takut...takut darah yang keluar,. Banyak banget,. Seperti darah segar keluar dari hidung,. Aku takut,.

Aku bermain logika...

“Klo sampai jam 12.30 darah ini gak berhenti juga,. Aku harus menelpon sis,. Minta dianterin dia ke rumah sakit,. Klo gak,. Aku bisa kehabisan darah” bisikku dalam hati
Tepat sekali,. Darah tidak kunjung berhenti,. Aku begitu menggigil kedinginan,. Serasa menelpon sis, aku sudah lemas sekali, pandanganku mulai kabur dan kunang2,... singkat cerita,.jam 1.30 dini hari aku baru sampai rumah sakit santosa diantar kakak Sis..

“Kamu harus diopnam!” kata dokter yang memeriksaku,
“Ya Allah, gimana dengan biaya rumah sakit,. Bahkan orang tuaku pun tidak tahu sama sekali kalau aku sakit,. Aku tidak terbayang,. Tiba2 harus mengabarkan bahwa aku dirawat” bisikku dalam hati,. Kepalaku semakin berat, lemas,. Hingga kurasakan jarum2 infus sakit sekali menusuk tangan kiriku

Rumah sakit santosa sangat bijak,. Belum sepeser pun aku membayar,. Hanya jaminan KTP aku dapat diopnam malam ini,. karena darahku yang belum kunjung berhenti.

Pagi ini,......

“Assalamualaikum mah,. “ aku menelpon sosok yang senantiasa mendoakan ku ,. Menemani dalam suka dan duka,. Dia adalah mamahku.. tak kuasa aku menahan air mata,. Bicara ku mulai tidak jelas bercampur tangis
“Kenapa nduk,. Kok nangis? Kamu sehat?” suara lembut ini membuatku tak kuasa menahan tangis dan akhirnya aku tak bisa mengucapkan apa2,.. hanya kata ini yang keluar..
“Mah, wiwit sakit, dirawat di rumah sakit, banyak darah keluar,. Wiwit sakit maah,. Maafkan wiwit,.. lemes mah, pingin pulang, pingin ketemu mamah&bapak”
“Ya Allah nduk,!! Iya2 hari ini mamah&bapak langsung ke bandung”

Kata itu seperti menjadi obat mujarab bagiku,. Aku lupa akan lemesku,. Darah yang menetes terus menerus pun aku lupa.

Sore ini.....
Mamah dan bapak telah sampai di santosa dengan arah penunjuk jalan nya Sis, yang menjemput di pintu gerbang santosa.
Tubuh hangat yang senantiasa memelukku ketika aku membutuhkannya memelukku sambil menangis,. Dia mamahku,. Mengusap keningku, tangisnya berurai melihat banyak selang2 jarum yang ditusukkan di kedua tanganku. Telinga kananku berkali2 kudenganr kalimat tasbih,. Yang diucapkan suara tegar dan bijak dia lah bapakku,..

“Kamu sakit apa nduk? Sudah2 ndak papa,. Kamu ga salah,. Jangan pikiran yang macem2,. Ma2h&bapak gak marah, yang penting kamu sehat”
Perih kawan,. Ketika aku mendengar kata2 ini .... kesalahan yang aku buat tidak sebanding dengan kebaikan keduanya....

Singkat cerita.....
Hari ketiga aku dirawat,. Aku koma kawan,.. (kedua orang tuaku menceritakan ini pada saat aku telah dibawa pulang ke kebumen untuk berobat jalan)

Aku hanya mendengar di telinga kananku suara bapak yang berucap kalimat “Laa Ila haillalloh.... laa ilaa haillalloh...Laaa  ila haillallah...”
Sebelum mata ini melihat semua menjadi kuning,. Gelap,.. aku melihat mamah tak kuasa menahan tangis,. Aku melihat air matanya terurai kawan,. Aku telah membuatnya sedih,. Apa yang telah aku lakukan.
Bukankah aku cuti semata2 hanya ingin membangun bisnis?
Bukankah bisnis yang aku bangun semata2 untuk biaya kuliahku, agar gak ngrepotin orang tua?
Bukankah jika bisnisku sudah berjalan aku bisa mandiri??
Bukankah dengan hal ini aku bisa membahagiakan orang tua???
Bukankah??
Bukankah????

TAPI CARA YANG KULAKUKAN SALAH, kawann...
Aku menyadari ini setelah aku dibawa pulang kebumen untuk istirahat di sana dan berobat jalan..
Sampai saat ini ngeri bila aku ingat hal ini kawan,. Sampai ketika aku minta maaf kepada kedua orang tuaku mereka hanya bilang “Gak papa,. Kamu anak mamah&bapak yang dibanggakan, setiap orang pernah membuat kesalahan. Sekarang kamu tahu mana yang benar&salah, tidak usah disesali. Bangkit lagi,. Kamu harus sehat, kamu harus kuliah, menggapai cita2mu”

Betapa samudra maaf kedua orang tua kita begitu luas kawan,.. apakah kita juga sebaliknya.?
Detik itu juga aku berjanji akan mewujudkan impian kedua orang tuaku untuk menjadi seorang Dosen Telkom,kawan..

Tahukah engkau kawan, aku belum mengatakan bahwa aku pernah cuti kuliah kepada kedua orang tuaku,. Alhamdulilah aku dapat selesai kuliah pada waktunya karena sebelumnya aku sudah sering ngambil mata kuliah semester atas.
Aku akan mengatakannya nanti jika aku telah resmi menjadi Dosen Telkom. Akan aku hadiahkan kepada kedua orang tuaku kawan.

Kadang,. Keputusan yang kita ambil menurut kita benar,. Belum tentu menurut Allah benar,. Sehingga Allah menguji kita dengan beberapa cobaan agar kita mengambil hikmah dari setiap ujian, apakah kita termasuk orang2 yang mengambil hikmah?
Itu pilihan!
Setiap orang pernah melakukan kesalahan,. Yang terpenting bukan hanya meminta maaf dari kesalahan tersebut. Tapi bangkitlah untuk memperbaikinya dan mengambil hikmah dari kesalahan.
Rawatlah jiwa raga ini,. karena sesungguhnya setiap yang ada pada diri ini,. berhak ditunaikan hak nya,.
Selamat Berjuang kawan, diary ini akan menjadi saksi secercah kehidupanku .

(aku baru tahu,. Sakitku itu pemecahan pembuluh darah,. Tapi alhamdulilah pembuluh darah otak belum pecah,. Baru keluar darah dari hidung dan mulut,. Di diagnosa terakhir oleh dokter aku terkena DBD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar