Penggalan diary Ku..
Aku
menemukan mu lagi setahun setelah Aku dirawat...”Sis..”
Bingung,
pusing,. Gak tahu apa yang mau kulakukan
Januari 2009
“Kayaknya
si deman biasa sis”. Aku menyahut pertanyaan sahabatku dari ujung telfon
“Sekarang
gimana? Aku ntar kesitu ya” . Dia sahabatku,. Hampir 1 tahun kami kenal,. Tapi
sudah serasa kakak sendiri
“Aaah,
gak papa,. Udah biasa kok,. Paling juga sembuh ntar,. Sudah beberapa malam dari kemarin sii sering
mimisan, tapi sekarang demam udah turun” Aku meyakinkannya agar ia tidak
khawatir.
“Oke
deeh,. Pokoknya abis dari kampus ntar aku kesitu,. Jangan kemana2 apalagi
presentasi2 lagi bisnismu itu!! Sembuhin dulu!”
“Jangan
lapor mamahku yaa..” Pintaku memelas
Aku
pun nurut dengan wejangannya,. Karena serasa lemas sekali. Hari ini hari kelima aku terbaring di kosan
tanpa keluar kamar. Pegel2,. Kadang mimisan tiba2 keluar dari hidung sebelah
kiri,. Kadang akupun ngeri dengan hal ini.
Pagi
ini, rasaku bercampur aduk, takut crita sama ma2h&bapak tentang kondisiku
karena aku tahu ini salahku,. Tapi apa daya,. Kliatanya aku perlu ke rumah
sakit, bukan hanya ke dokter untuk melihat sakitku sebenernya apa.
Yaah,.
Aku memulai bisnis ini sekitar 2 tahun
sebelum aku kenal dengan “Sis”, begitulah aku menyebutnya,. Sis itu kepanjangan
dari sister (saudara perempuan). Namanya Umi sahabat yang sampai saat ini
berada di sampingku,. Sudah selayaknya kakak sendiri. Terlahir dengan banyak
saudara, anak keenam mungkin, aku pun lupa. Sering dia cerita kepadaku,.
Semenjak ibunya meninggal,. Semuanya berbalik 360 derajat,. Baik saudara
kandungnya ataupun ayahnya,.. ehh,. Kawan,. Maafkan,.jadi nglantur
kemana-mana,.. hehehe
Pagi
itu,. Pagi yang menjadi saksi betapa aku telah mengambil keputusan yang salah
dalam hidup, aku pun tahu resiko nya sejak awal aku memutuskan hal ini. sampai
saat ini,. aku belum menceritakannya kepada kedua orang tuaku,. Mungkin diary
ini akan menjadi saksi, ketika nanti tiba saat nya aku jujur kepada kedua orang
tuaku.
6 bulan yang lalu.....
“Aku
harus cuti,. Klo gak aku ga bisa fokus” Kataku dalam hati berkali2 sampai
mantap.
Pertimbangan
inilah yang aku gunakan, aku mantap,. Aku tahu resikonya,. Aku akan tertinggal
1 semester dari teman seangkatan di kampus,. Pertimbangan lain yang aku gunakan
bahwa semester sebelumnya aku sudah mengambil mata kuliah semester
selanjutnya,. Setidaknya tidak berat pada saat aku masuk kuliah setelah cuti. Aku
memutuskan hal ini sendiri,.
Ketika
itu,. Aku menjalani sebuah bisnis dan bekerja dari semester awal aku kuliah,. Orang
tuaku gak tahu detail tentang hal ini,. dari aku bekerja membangun bisnis ini
mulai dari bangun subuh,. Bertemu klien,. Menjadi marketing,. Jam 12 siang baru
selesai,. Jam 1 siang aku kuliah,. Jika aku kuliah pagi jam7,. Aku presentasi
bisnis ini siang harinya,. Kadang sampai harus berlari2 karena angkot sering
ngetem, untuk mengejar kuliah siang hari.
Kuliah
pun berakhir pada saat matahari terbenam,. Setelah itu,. Aku lanjutkan
mempresentasikan bisnisku sampai jam 10 malam,. Kadang sampai jam 11an malam,.
Aku harus pulang tengah malam,. Kadang sampai kosan jam 1.30 dini hari,. Tugas
kuliah menanti di kosan,. Genap sampai menyelesaikan tugas kuliah,., jam 3 dini
hari baru aku membenamkan mata untuk istirahat.
Begitu
aktivitasku sampai suatu peristiwa ini terjadi..............
Aku
sakit,. Fisikku tidak kuat menahan aktivitasku,. Aku telah dzolim terhadap
tubuhku,. Aku lalai memperhatikan badan ini yang menopang setiap aktivitasku,.
Aku lupa dengan tangan ini yang setiap kali harus memasukkan beberapa sendok
nasi karena komplain dari cacing di perutku meminta jatah,..
Aku
lupa,. Kalau merawat badan ini merupakan ibadah,. Aku lalai,..
Sampai
hari ini pun, perutku masih ngambek,. Diisi makanan tidak mau masuk,. Begitu
kesalnya tidak diperhatikan,. Sampai ngambeknya berlama2,... aku tidak kuat,.
Badanku pegel2 semua,. demam,. Aku malu memberitahukan orang tua tentang hal
ini,. karena ini salahku,... aku takut mempertanggung jawabkan hal ini
Allah
telah mengingatkan kesalahanku dengan suatu cobaan,. Hingga hal ini membuat aku
berfikir dewasa ,..
Malam ini,. Pertengahan Januari 2009
Pukul
10 malam sahabat2 dan temanku menjengukku di kosan,. Mereka mungkin prihatin
dengan keadaanku yang belum membaik,. Senyum lebar pun aku simpulkan ketika
semua teman2 berkumpul di kamar 2x4 meter ini.
“Kamu
yakin baik2 aja? Kamu demam lho.! Sebaiknya kita telfon orang tuamu saja” kata
akang kampus,. Kami satu himpunan di kampus,. Dia juga merupakan teman terdekat
ku,. Karena pacarnya (bhs gaulnya) teman terdekatku juga.
“Aku
pikir juga gitu,. Apa yang kamu rasakan sekarang?” kata eceu (pacar akang)
“Hemmmm,..
kaya kemarin,.gak usah kawatir deh,. Btw makasih ya udah dibawain makanan” aku
trenyuh dalam hati mengucapkan kata2 ini,. betapa engkau tahu kawan,. Seolah
kematian di depan mata,. Sementara aku belum jujur kepada kedua orang tuaku
tentang hal ini. senyum lebar aku sertai untuk menutupi kepura2an ini..
“Ya udah
deh,. Yakin yaaa... udah malem nih,. Kita pulang dulu,. Klo ada apa2 jangan
sungkan2 telpon/sms aja yah. Kamu siii bandelnya minta ampun,. Dari dulu coba
kamu ga ikut bisnis ini,. apa hasilnya???? Kamu gak sakit kaya gini,. Kamu tuh
kecapean,. Kamu kurang istirahat, jadinya gini deh!”
Aku
menangis dalam hati kawan,. Betapa aku menyesal telah melakukan ini,. tapi aku
pun tahu resikonya sejak awal,. Di lain pihak banyak hal yang aku dapatkan
pengembangan diri, keberanian, soft skill,.. tidak ada yang harus disesali..
Tepat
pukul 12 malam,..
“Aduh,.
Kok mimisan belum berhenti siih,. Ya Allah,.” Aku takut...takut darah yang
keluar,. Banyak banget,. Seperti darah segar keluar dari hidung,. Aku takut,.
Aku bermain logika...
“Klo
sampai jam 12.30 darah ini gak berhenti juga,. Aku harus menelpon sis,. Minta
dianterin dia ke rumah sakit,. Klo gak,. Aku bisa kehabisan darah” bisikku
dalam hati
Tepat
sekali,. Darah tidak kunjung berhenti,. Aku begitu menggigil kedinginan,.
Serasa menelpon sis, aku sudah lemas sekali, pandanganku mulai kabur dan
kunang2,... singkat cerita,.jam 1.30 dini hari aku baru sampai rumah sakit
santosa diantar kakak Sis..
“Kamu
harus diopnam!” kata dokter yang memeriksaku,
“Ya
Allah, gimana dengan biaya rumah sakit,. Bahkan orang tuaku pun tidak tahu sama
sekali kalau aku sakit,. Aku tidak terbayang,. Tiba2 harus mengabarkan bahwa
aku dirawat” bisikku dalam hati,. Kepalaku semakin berat, lemas,. Hingga
kurasakan jarum2 infus sakit sekali menusuk tangan kiriku
Rumah
sakit santosa sangat bijak,. Belum sepeser pun aku membayar,. Hanya jaminan KTP
aku dapat diopnam malam ini,. karena darahku yang belum kunjung berhenti.
Pagi
ini,......
“Assalamualaikum
mah,. “ aku menelpon sosok yang senantiasa mendoakan ku ,. Menemani dalam suka
dan duka,. Dia adalah mamahku.. tak kuasa aku menahan air mata,. Bicara ku
mulai tidak jelas bercampur tangis
“Kenapa
nduk,. Kok nangis? Kamu sehat?” suara lembut ini membuatku tak kuasa menahan
tangis dan akhirnya aku tak bisa mengucapkan apa2,.. hanya kata ini yang
keluar..
“Mah,
wiwit sakit, dirawat di rumah sakit, banyak darah keluar,. Wiwit sakit maah,.
Maafkan wiwit,.. lemes mah, pingin pulang, pingin ketemu mamah&bapak”
“Ya Allah
nduk,!! Iya2 hari ini mamah&bapak langsung ke bandung”
Kata
itu seperti menjadi obat mujarab bagiku,. Aku lupa akan lemesku,. Darah yang
menetes terus menerus pun aku lupa.
Sore ini.....
Mamah
dan bapak telah sampai di santosa dengan arah penunjuk jalan nya Sis, yang
menjemput di pintu gerbang santosa.
Tubuh
hangat yang senantiasa memelukku ketika aku membutuhkannya memelukku sambil
menangis,. Dia mamahku,. Mengusap keningku, tangisnya berurai melihat banyak
selang2 jarum yang ditusukkan di kedua tanganku. Telinga kananku berkali2
kudenganr kalimat tasbih,. Yang diucapkan suara tegar dan bijak dia lah
bapakku,..
“Kamu
sakit apa nduk? Sudah2 ndak papa,. Kamu ga salah,. Jangan pikiran yang macem2,.
Ma2h&bapak gak marah, yang penting kamu sehat”
Perih kawan,. Ketika
aku mendengar kata2 ini .... kesalahan yang aku buat tidak sebanding dengan
kebaikan keduanya....
Singkat cerita.....
Hari
ketiga aku dirawat,. Aku koma
kawan,.. (kedua orang tuaku menceritakan ini pada saat aku telah
dibawa pulang ke kebumen untuk berobat jalan)
Aku
hanya mendengar di telinga kananku suara bapak yang berucap kalimat “Laa Ila
haillalloh.... laa ilaa haillalloh...Laaa
ila haillallah...”
Sebelum
mata ini melihat semua menjadi kuning,. Gelap,.. aku melihat mamah tak kuasa
menahan tangis,. Aku melihat air matanya terurai kawan,. Aku telah membuatnya
sedih,. Apa yang telah aku lakukan.
Bukankah
aku cuti semata2 hanya ingin membangun bisnis?
Bukankah
bisnis yang aku bangun semata2 untuk biaya kuliahku, agar gak ngrepotin orang
tua?
Bukankah jika bisnisku sudah
berjalan aku bisa mandiri??
Bukankah dengan hal ini aku bisa
membahagiakan orang tua???
Bukankah??
Bukankah????
TAPI CARA YANG KULAKUKAN SALAH, kawann...
Aku
menyadari ini setelah aku dibawa pulang kebumen untuk istirahat di sana dan berobat
jalan..
Sampai
saat ini ngeri bila aku ingat hal ini kawan,. Sampai ketika aku minta maaf
kepada kedua orang tuaku mereka hanya bilang “Gak papa,. Kamu anak
mamah&bapak yang dibanggakan, setiap orang pernah membuat kesalahan. Sekarang
kamu tahu mana yang benar&salah, tidak usah disesali. Bangkit lagi,. Kamu
harus sehat, kamu harus kuliah, menggapai cita2mu”
Betapa
samudra maaf kedua orang tua kita begitu luas kawan,.. apakah kita juga
sebaliknya.?
Detik
itu juga aku berjanji akan mewujudkan impian kedua orang tuaku untuk menjadi
seorang Dosen Telkom,kawan..
Tahukah
engkau kawan, aku belum mengatakan bahwa aku pernah cuti kuliah kepada kedua
orang tuaku,. Alhamdulilah aku dapat selesai kuliah pada waktunya karena
sebelumnya aku sudah sering ngambil mata kuliah semester atas.
Aku
akan mengatakannya nanti jika aku telah resmi menjadi Dosen Telkom. Akan aku
hadiahkan kepada kedua orang tuaku kawan.
Kadang,.
Keputusan yang kita ambil menurut kita benar,. Belum tentu menurut Allah
benar,. Sehingga Allah menguji kita dengan beberapa cobaan agar kita mengambil
hikmah dari setiap ujian, apakah kita termasuk orang2 yang mengambil hikmah?
Itu
pilihan!
Setiap
orang pernah melakukan kesalahan,. Yang terpenting bukan hanya meminta maaf
dari kesalahan tersebut. Tapi bangkitlah untuk memperbaikinya dan mengambil
hikmah dari kesalahan.
Rawatlah
jiwa raga ini,. karena sesungguhnya setiap yang ada pada diri ini,. berhak
ditunaikan hak nya,.
Selamat
Berjuang kawan, diary ini akan menjadi saksi secercah kehidupanku .
(aku baru
tahu,. Sakitku itu pemecahan pembuluh darah,. Tapi alhamdulilah pembuluh darah
otak belum pecah,. Baru keluar darah dari hidung dan mulut,. Di diagnosa
terakhir oleh dokter aku terkena DBD)